BPI UM-Dalam kegelapan pandemi yang melanda, terbersit sinar kegigihan dan keberanian seorang wanita yang menari di atas badai, Dewi Ariani, seorang perempuan tangguh dari Blitar, Jawa Timur. Dilahirkan pada 20 Januari 1984, Dewi bukanlah anak dari keluarga yang berada, namun kegigihan dan semangatnya telah membawa dia melewati jalan yang penuh liku untuk meraih bintang tertinggi, gelar doktoral di Universitas Negeri Malang.
Motivasi utama Dewi untuk mengejar gelar doktoral adalah ketika ia memulai perjalanannya pada tahun 2020, di tengah-tengah pandemi yang melumpuhkan. Tanpa ada beasiswa yang tersedia, Dewi memohon izin kepada atasan untuk mengejar ilmu di Universitas Negeri Malang, yang memiliki akreditasi tertinggi untuk program studi S3 Pendidikan Bahasa Indonesia. Akhirnya ia ditengah perjalanannya ia berhasil meraih beasiswa pendidikan Indonesia (BPI).
Perjalanan Dewi tidaklah mudah. Tantangan terbesar baginya adalah meraih publikasi artikel terindeks scopus. Namun, dengan kesabaran, doa, dan dukungan dari orang-orang terdekatnya, Dewi mampu melalui 10 penolakan dengan tangisannya menjadi pelajaran berharga tentang keiklasan dan kesabaran.
Dua momen paling membingungkan bagi Dewi adalah pertama, saat Dewi tak kunjung lolos UkBing dan ia atasi dengan ikut kursus di Balai Bahasa UM. Kedua, tidak lolos uji similarity dikarenakan sebelum uji similarity di UM ia uji similarity di UB dan lupa tidak mengubah mode menjadi no repository sehingga hasil uji similarity di UM 77%,, Dewi mengatasinya dengan menghapus jejak repository uji similarity dari Turnitin UB. Namun, dengan tekad yang kuat, Dewi mengatasi rintangan tersebut dengan belajar lebih giat lagi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi.
Selama perjalanan menuju gelar doktoralnya, Dewi menghadapi banyak kesulitan dalam menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi, akademik, dan profesional. Namun, dengan bantuan dan semangat dari orang-orang terdekatnya, ia berhasil melewati semua rintangan dengan cara melihat prioritas yang harus didahulukan.
Suami Dewi adalah sosok yang selalu mendukungnya untuk melanjutkan studi S3, namun izin dari atasan juga menjadi hal yang sangat disyukuri karena telah membuka jalan bagi Dewi untuk mengejar impian akademiknya.
Bagi Dewi, pencapaian terbesar adalah menyelesaikan penyusunan naskah disertasinya, karena itulah yang menjadi puncak dari perjalanan pendidikan doktoralnya. Ia berencana untuk menerapkan pelajaran berharga yang ia dapatkan selama menyelesaikan gelar doktoralnya dengan menularkan ilmu dan berbagi pengalaman kepada mahasiswa yang ia ajar di masa depan.
Saat ini, Dewi telah menyelesaikan ujian tertutup pendidikan doktoralnya. Meskipun masih sulit dipercaya baginya, Dewi merasa sangat bersyukur karena semua perjuangannya membuahkan hasil yang luar biasa. Dalam akhir kata-kata bijaknya, Dewi mengajak semua orang yang juga sedang mengejar impian akademiknya untuk melakukannya dengan ikhlas, berusaha, dan berdoa, karena hasil akhir sudah menjadi ketetapan-Nya.
Leave a Reply